Global IFP Alumni Meeting 2021: Dari Isolasi ke Kolaborasi

Press Release

Hari Pertama, 8 Juni 2021

Global IFP Alumni Meeting 2021: Dari Isolasi ke Kolaborasi

[ISJN] Menyikapi pandemi COVID-19 yang masih menjadi persoalan bersama secara global, Alumni IFP (International Fellowship Program) Indonesia berusaha mengumpulkan pengalaman para alumni Indonesia maupun negara lain selama dua hari, 8 dan 9 Juni 2021. Pertemuan Alumni IFP Global dilakukan secara hibrid: kombinasi metode daring (online) dan luring (offline). Pertemuan luring diselenggarakan di Grand Inna Bali Beach di Denpasar, Bali dengan melibatkan 15 alumni program yang tersebar dari 9 angkatan (cohort) yang berasal dari berbagai pulau di Indonesia

Dalam pertemuan hari pertama, Selasa 8 Juni 2021,  94 peserta hadir: 15 partisipan alumni IFP secara luring dan 79 partisipan lainnya hadir secara daring. Sebanyak 79 partisipan itu terdiri dari para alumni IFP Global  yang berasal dari China, Brazil, Kenya, Afrika Selatan, Nigeria, Mexico,  India, Guatemala, Chili, Vietnam, Bangladesh, Tanzania, dan Philipina. Selain para alumni, para peserta Youth Social Justice Camp asal Bali hadir sebanyak 5 orang.

Pertemuan dibuka oleh Agus Nahrowi sebagai Ketua Presidium Indonesian Social Justice Network (ISJN) dan menyambut semua peserta Global IFP Alumni meeting dari seluruh dunia. Pertemuan dipandu oleh Tolhas Damanik dan Lilis Suryani serta Rini Oktavia.

Berbagi Pengalaman: Kolaborasi adalah Kunci

Dalam sesi berbagi pengalaman pada hari pertama, peserta berbagi cerita tentang best practices dari masing-masing komunitas yang mereka geluti. Eric Divinagracia dari Philipina misalnya menceritakan bagaimana para seniman berpartisipasi dalam menyelenggarakan pentas untuk memecah kebuntuan akibat tekanan yang dialami warga. Bagi Eric, selama pandemi orang cenderung terisolasi satu sama lain. “For us, this action is a movement from isolation to connection,” kata Eric.

Hal ini senada dengan sambutan pembukaan yang disampaikan Gusrowi sebagai Ketua Presidium ISJN 2021-2025. Ia menyatakan bahwa peran alumni sangat penting terutama di saat pandemi. “Kunci untuk keluar dari pandemi adalah kita bersama-sama melakukan kolaborasi, dan transformasi agar mampu keluar dari kondisi sulit yang tercipta saat pandemi,” tutur Gusrowi.

Meskipun konektivitas selama pandemi terganggu dalam skala global, penggunaan media sosial untuk berkolaborasi dan berbagi pengalaman merupakan salah satu jalan alternatif. Anu Verma dari India mengungkapkan upaya untuk keluar dari situasi sulit selama pandemi dilakukannya bersama komunitasnya, dengan membangun aliansi di India yang melibatkan warga desa, dan pemimpin komunitas. Anu saat ini aktif memobilisasi aliansi di berbagai negara bagian di India. Mereka mengorganisir proses perawatan, penyediaan obat-obatan, dan membantu orang-orang yang kekurangan makanan serta mereka yang kehilangan pekerjaan. Anu secara khusus menghubungkan banyak pihak untuk bekerja sama untuk menolong anak-anak, terutama dari berbagai wilayah yang jauh dari jangkauan tangan negara.

Tantangan untuk melayani anaka-anak yang berkebutuhan khusus khususnya yang menderita cerebal palsy atau lumpuh otak selama pandemi juga merupakan tantangan tersendiri bagi Nuraida dari Sahabat Difabel Aceh, karena mereka tidak mendapatkan terapi langsung. “Saat ini kami kuatkan sesama orangtua, supaya support group-nya juga terbentuk, dan saling menguatkan,” kata Nuraida.  Saat ini Nuraida dan komunitasnya mendampingi 45 anak cerebral palsy di Kabupaten Aceh Besar.

Di Indonesia, alumni IFP dari NTT, Dominggus Elcid Li, juga menceritakan pengalaman mereka dalam mencari solusi alternatif selama pandemi dengan mendirikan sebuah laboratorium untuk pemeriksaan PCR secara gratis. Proyek sosial tersebut bernama Laboratorium Kesehatan Masyarakat. “Kita bisa membantu membangun sistem dengan bekerja bersama, dan kami berupaya memecahkan satu kesulitan yang bahkan negara pun sedang beradaptasi untuk memecahkannya,” kata Elcid Li, yang juga adalah Direktur Eksekutif IRGSC (Institute of Resource Governance and Social Change).

Laboratorium ini melibatkan banyak relawan seperti perawat, dokter, pemuda, aktivis sosial, dan ilmuwan, dengan bekerja sama dengan pemerintah. Sistem baru ini berhasil dan menjadi percontohan untuk dikembangkan lebih lanjut. Saat ini Laboratorium Kesehatan Masyarakat mereka telah memeriksa 14 ribu sampel tes usap (swab test)secara gratis dengan metode pool test menggunakan mesin PCR. “Kita tidak bisa hanya memeriksa mereka yang mampu saja, jika ingin bersama-sama selamat keluar dari pandemi,” lanjut Elcid Li.

Menjaga Aspek Penghidupan Warga Selama Pandemi

“Kami menganggap usaha untuk menjaga kesehatan mental merupakan bagian penting yang dilakukan saat pandemi, dan kami berupaya menjaga kondisi kesehatan mental kami,” ujar Gusti, alumni SJYC (Social Justice Youth Camp) Bali 2019. Menurutnya, anak muda bisa terlibat dalam mengurangi beban pandemik dengan menjaga hubungan dekat dalam keluarga dan teman-teman sejawatnya.

Contoh menarik lain datang dari Baubau di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara., Frida Yanty bersama komunitasnya mendirikan Baubau Millenial Farmers.  “Kami mengembangkan urban farming, dan melalui program ini kami berupaya membangun kohesi sosial,” ujar Frida.

Perigrin, seorang aktivis sosial dari Filipina, yang kini bekerja sama dengan pemerintah pusat negerinya telah melakukan pemberdayaan warga untuk berbagi makanan sehat bagi mereka yang membutuhkan. Program berbagi makanan menargetkan untuk membantu keluarga-keluarga miskin, orang-orang rentan, anak-anak, korban bencana, dan orang tua.

Sedangkan alumni IFP Berliani Yanty,  dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Indonesia bercerita bahwa ia mengorganisir orang-orang kaya atau orang mampu untuk turut bersama membantu orang-orang rentan. “Sebagai PNS di sektor perikanan, saya menyarankan agar warga tetap mengonsumsi makanan sehat, khususnya ikan,” kata pegawai pemerintah di bidang kelautan ini.

Upaya untuk menjaga sektor penghidupan selama pandemi juga dilakukan Wardah dari Aceh yang mempunyai misi memperjuangkan perdagangan kopi yang fair. Ia bersikukuh fair trade (perdagangan fair)lebih dibutuhkan saat pandemi ketimbang  free market (perdagangan bebas). Ia menghubungkan orang-orang dalam satu rantai produksi dan pemasaran melalui pendirian koperasi. “Saat ini ada 21 kooperasi, dengan 20 ribu petani kopi yang tergabung,” katanya. Ia mengorganisir sehimpunan petani kopi lokal yang selama ini tidak diuntungkan dari praktik pasar bebas. Menurutnya, para petani sangat tedampak dengan kuncitara global (global lockdown) yang membuat banyak warung kopi tutup di sejumlah kota besar, sehingga hal inilangsung berpengaruh pada penurunan omzet petani kopi. Melalui koperasi, para petani memperoleh perlindungan, baik selama proses produksi maupun pada fase pemasaran.

Apa yang Perlu Dilakukan Bersama?

Dengan ruang lingkup jaringan global yang terbangun, Andi Yani, Mantan Ketua Presidium ISJN 2015-2020 menyatakan agar para alumni dapat berbuat lebih dari yang sudah dilakukan, yakni dengan membangun kerja kolaboratif dengan jaringan global. Ia menyerukan untuk memanfaatkan konektivitas global demi kolaborasi yang antarkawasan di seluruh dunia.

Menyambut tawaran ini, Riza dari Philpina mengajak agar kolaborasi itu tidak hanya dilakukan di antara para ilmuwan, tetapi juga  dengan melibatkan komunitas warga. Ia mencontohkan kerjanya dalam hal biodiversitas. “Kita bisa berjejaring dalam skala Asia atau pun dalam regional Asia Tenggara,” katanya.

Menyambut gagasan cemerlang ini, Guangshen dari China yang bekerja di bidang hukum juga menyatakan bahwa dalam situasi pandemik ini upaya untuk mempromosikan keadilan sosial harus terus dilakukan. “Covid-19 cannot stop us to fight for social injustice,” kata Guangshen. Panggilan untuk menyorot ketidakadilan sosial ini sebangun dengan gagasan dari Alumni IFP Indonesia yang bekerja terus-menerus dalam berbagai bidang untuk mengikis masalah sosial ini. Mereka menuliskan secara ilmiah problem ketidakadilan sosial ini sebagai bentuk terbalik untuk menghadirkan keadilan sosial. Hasilnya akan diterbitkan dengan penyunting Elcid Li.

Di berbagai negara, Covid-19 menimbulkan masalah ketidakadilan sosial sendiri. Global IFP Alumni Meeting 2021 mengingatkan hanya dengan kolaborasi, dan bukan isolasi, keadilan sosial bisa sama-sama diperjuangkan.

Kegiatan Global Alumni IFP Meeting ini merupakan bagian dari International Social Justice Forum (ISJF) 2021 yang dilakukan sejak tanggal 8-11 Juni di Denpasar Bali. Pada tanggal 9 Juni akan dilakukan photo contest dan diskusi film terkait isu keadilan sosial yang menghadirkan narasumber dari penggiat seni tanah air yang berdomisili di Indonesia dan Australia. Tanggal 10-11 Juni akan dilakukan Global Social Justice Conference 2021 yang juga akan dihadiri oleh alumni IFP dari seluruh dunia secara online dan offline dengan mengikuti protocol kesehatan.

Informasi lebih lanjut:

Agus Nahrowi (Ketua Presidium ISJN): +62 813-2573-9455

I Kadek Swastika (Ketua Panitia): +62 812-3737-8191

Informasi tentang Indonesia Social Justice Network (ISJN): www.isjn.or.id

503 Service Unavailable

Service Unavailable

The server is temporarily unable to service your request due to maintenance downtime or capacity problems. Please try again later.

Additionally, a 503 Service Unavailable error was encountered while trying to use an ErrorDocument to handle the request.