Keberlanjutan sebuah bangsa ditentukan oleh anak-anak muda yang secara sadar melakukan dan menyebarkan nilai-nilai keadilan sosial di lingkungan sekitarnya. Begitu banyak kisah bangsa yang hilang dari peradaban karena pemerintah dan warganya tidak menjadikan nilai keadilan sosial sebagai nafas bermasyarakatnya. Berangkat dari kesadaran ini, Indonesian Social Justice Network (ISJN) menyusun kegiatan yang disebut Social Justice Youth Camp (SJYC) atau Kemah Generasi Muda untuk Keadilan Sosial.
SJYC merupakan salah satu program utama Indonesian Social Justice Network (ISJN) yang didukung oleh Ford Foundation yang bertujuan untuk menularkan nilai keadilan sosial kepada anak-anak muda negeri dan membuat mereka sadar akan pentingnya nilai tersebut bagi mereka pribadi maupun lingkungannya. SJYC juga menjadi media untuk memperkenalkan sembilan nilai ISJN.
SJYC awalnya diinisiasi oleh sahabat-sahabat ISJN Yogyakarta sejak tahun 2012 (https://sjycisjnyogyakarta.wordpress.com/). Inisiatif bernas ini kemudian dilanjutkan dengan metode dan pendekatan yang sedikit berbeda. SJYC kali ini didesain untuk melahirkan “Generasi baper”. Tentu saja bukan generasi “terbawa perasaan” yang alay bin galau. Namun generasi yang mampu “membawa perubahan” untuk mempromosikan keadilan sosial yang tercermin dalam sembilan nilai ISJN.
SJYC versi kekinian akan melatih anak-anak muda menjadi kreatif nan energik dengan menyatukan semangat dan komitmen dalam melakukan perubahan untuk membumikan nilai keadilan sosial di nusantara. Untuk itu, SJYC menggunakan metode FIDS yang merupakan singkatan dari feeling (rasakan masalah), imagine (bayangkan perubahan), do (lakukan perubahan) dan share (sebarkan semangat perubahan). SJYC dengan pendekatan FIDS merupakan hasil lokakarya modul SJYC yang melibatkan sembilan anggota ISJN di Yogyakarta pada 2-4 Februari 2018.
Hasil pertemuan tiga hari ini kemudian disusun menjadi modul SJYC yang selanjutnya dipraktekkan di sebuah desa di Pulau Seram, Provinsi Maluku sebagai pilot project. Lokasi SJYC perdana sengaja memilih lokasi pelosok dan membutuhkan waktu 5 jam perjalanan darat dan laut (naik kapal feri) dari Ambon, ibukota Provinsi Maluku. Pelaksanaan SJYC di Desa Banda Baru, Kabupaten Masohi bekerjasama dengan organisasi lokal Yayasan Marta Christina Tijahahu pada tanggal 15 – 18 Maret 2018. SJYC perdana diikuti 25 siswi/siswa perwakilan SMA/SMK di Kabupaten Masohi dan sekitarnya dengan latar suku, agama dan kelamin yang beragam.
Semua peserta workshop penyusunan modul SJYC juga hadir kecuali Sahabat Julia yang harus kembali ke negeri Paman Sam. Selain itu, hadir juga dua anggota presidium nasional ISJN lain yaitu Hidayah Muhallim dan M. Amin Abdullah yang bertugas sebagai evaluator untuk menilai pelaksanaan perdana SJYC dengan metode FIDS.
Peserta dan Tim ISJN disambut oleh Kepala Nagari dan tetua masyarakat serta mama piara yang rumahnya ditempati oleh peserta dan fasilitator selama kegiatan SJYC. Peserta mengikuti materi kelas di balai desa dengan berdiskusi, bermain dan menonton film pendek yang disampaikan fasilitator. Materi lapangan dilakukan dengan mengunjungi masyarakat adat Nua Nea untuk belajar nilai-nilai lokal yang masih dipertahankan dan merasakan perbedaan serta kesenjangan di antara mereka.
Pada hari terakhir, peserta kemudian menyusun agenda aksi yang akan mereka lakukan setelah kembali ke sekolah masing-masing untuk mempromosikan nilai keadilan sosial. Malam harinya, peserta dan fasilitator menampilkan persembahan seni dan tari untuk menghibur masyarakat Desa Banda Baru. Esok harinya semua peserta kembali ke rumahnya masing-masing dengan kendaraan yang disiapkan panitia. Para peserta kembali membawa agenda masing-masing untuk segera dilakukan di sekolah atau lingkungannya. Selain itu, mereka masih harus menulis pengalaman sebelum dan sesudah mengikuti SJYC dalam sebuah kisah yang insipiratif. Kisah-kisah mereka akan diterbitkan oleh ISJN dalam sebuah buku kompilasi narasi “generasi baper”.
Para fasilitator melakukan pertemuan evaluasi untuk mengidentifikasi kekurangan untuk disempurnakan pada pelaksanaan SJYC selanjutnya. Kami pun meninggalkan pulau Maluku dengan harapan membuncah untuk bertemu dengan anak-anak muda “generasi baper” di SJYC berikutnya… (to be continued)
Last Updated: Juli 22, 2018 by isjn
PERSIAPAN SJYC 2018: MENEBAR BENIH “GENERASI BAPER” (Bagian Pertama)
Keberlanjutan sebuah bangsa ditentukan oleh anak-anak muda yang secara sadar melakukan dan menyebarkan nilai-nilai keadilan sosial di lingkungan sekitarnya. Begitu banyak kisah bangsa yang hilang dari peradaban karena pemerintah dan warganya tidak menjadikan nilai keadilan sosial sebagai nafas bermasyarakatnya. Berangkat dari kesadaran ini, Indonesian Social Justice Network (ISJN) menyusun kegiatan yang disebut Social Justice Youth Camp (SJYC) atau Kemah Generasi Muda untuk Keadilan Sosial.
SJYC merupakan salah satu program utama Indonesian Social Justice Network (ISJN) yang didukung oleh Ford Foundation yang bertujuan untuk menularkan nilai keadilan sosial kepada anak-anak muda negeri dan membuat mereka sadar akan pentingnya nilai tersebut bagi mereka pribadi maupun lingkungannya. SJYC juga menjadi media untuk memperkenalkan sembilan nilai ISJN.
SJYC awalnya diinisiasi oleh sahabat-sahabat ISJN Yogyakarta sejak tahun 2012 (https://sjycisjnyogyakarta.wordpress.com/). Inisiatif bernas ini kemudian dilanjutkan dengan metode dan pendekatan yang sedikit berbeda. SJYC kali ini didesain untuk melahirkan “Generasi baper”. Tentu saja bukan generasi “terbawa perasaan” yang alay bin galau. Namun generasi yang mampu “membawa perubahan” untuk mempromosikan keadilan sosial yang tercermin dalam sembilan nilai ISJN.
SJYC versi kekinian akan melatih anak-anak muda menjadi kreatif nan energik dengan menyatukan semangat dan komitmen dalam melakukan perubahan untuk membumikan nilai keadilan sosial di nusantara. Untuk itu, SJYC menggunakan metode FIDS yang merupakan singkatan dari feeling (rasakan masalah), imagine (bayangkan perubahan), do (lakukan perubahan) dan share (sebarkan semangat perubahan). SJYC dengan pendekatan FIDS merupakan hasil lokakarya modul SJYC yang melibatkan sembilan anggota ISJN di Yogyakarta pada 2-4 Februari 2018.
Hasil pertemuan tiga hari ini kemudian disusun menjadi modul SJYC yang selanjutnya dipraktekkan di sebuah desa di Pulau Seram, Provinsi Maluku sebagai pilot project. Lokasi SJYC perdana sengaja memilih lokasi pelosok dan membutuhkan waktu 5 jam perjalanan darat dan laut (naik kapal feri) dari Ambon, ibukota Provinsi Maluku. Pelaksanaan SJYC di Desa Banda Baru, Kabupaten Masohi bekerjasama dengan organisasi lokal Yayasan Marta Christina Tijahahu pada tanggal 15 – 18 Maret 2018. SJYC perdana diikuti 25 siswi/siswa perwakilan SMA/SMK di Kabupaten Masohi dan sekitarnya dengan latar suku, agama dan kelamin yang beragam.
Semua peserta workshop penyusunan modul SJYC juga hadir kecuali Sahabat Julia yang harus kembali ke negeri Paman Sam. Selain itu, hadir juga dua anggota presidium nasional ISJN lain yaitu Hidayah Muhallim dan M. Amin Abdullah yang bertugas sebagai evaluator untuk menilai pelaksanaan perdana SJYC dengan metode FIDS.
Peserta dan Tim ISJN disambut oleh Kepala Nagari dan tetua masyarakat serta mama piara yang rumahnya ditempati oleh peserta dan fasilitator selama kegiatan SJYC. Peserta mengikuti materi kelas di balai desa dengan berdiskusi, bermain dan menonton film pendek yang disampaikan fasilitator. Materi lapangan dilakukan dengan mengunjungi masyarakat adat Nua Nea untuk belajar nilai-nilai lokal yang masih dipertahankan dan merasakan perbedaan serta kesenjangan di antara mereka.
Pada hari terakhir, peserta kemudian menyusun agenda aksi yang akan mereka lakukan setelah kembali ke sekolah masing-masing untuk mempromosikan nilai keadilan sosial. Malam harinya, peserta dan fasilitator menampilkan persembahan seni dan tari untuk menghibur masyarakat Desa Banda Baru. Esok harinya semua peserta kembali ke rumahnya masing-masing dengan kendaraan yang disiapkan panitia. Para peserta kembali membawa agenda masing-masing untuk segera dilakukan di sekolah atau lingkungannya. Selain itu, mereka masih harus menulis pengalaman sebelum dan sesudah mengikuti SJYC dalam sebuah kisah yang insipiratif. Kisah-kisah mereka akan diterbitkan oleh ISJN dalam sebuah buku kompilasi narasi “generasi baper”.
Para fasilitator melakukan pertemuan evaluasi untuk mengidentifikasi kekurangan untuk disempurnakan pada pelaksanaan SJYC selanjutnya. Kami pun meninggalkan pulau Maluku dengan harapan membuncah untuk bertemu dengan anak-anak muda “generasi baper” di SJYC berikutnya… (to be continued)
Category: ISJN News