Merenda Harapan di Desa Legenda; Catatan Pertemuan Tahunan Presidium ISJN di Ranau

Oleh Lusia Peilouw
(Alumni Institute of Social Studies, the Netherlands dan Cohort 1 IFP)

Tabik Pun!

Ketika kawan Natan (salah seorang Presidium ISJN) mengusulkan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS) dan Danau Ranau sebagai tempat pelaksanan Pertemuan Tahunan (annual meeting) Presidium ISJN, saya buru-buru searching info tentang kabupaten dan danau itu. Tidak banyak info yang tersedia, namun saya menyatakan setuju saja dengan usulan itu. “Kapan kita tahu, jika tidak berkenalan”, sederhana saja pikir saya ketika itu. Akhirnya jadi juga, kami melakukan Annual Meeting kedua kami di sana pada

7 jam perjalanan melintas jalur trans Sumatra dari Lampung menuju Sumatra Selatan, benar-benar melelahkan bagi saya dan 5 kawan yang dari Ambon, Jogyakarta, Manokwari dan Makassar. Tiba Ranau jam 1 dini hari. Lelah selelah-lelahnya seluruh tubuh kami. Namun, kelelahan itu perlahan hilang begitu keluar dari mobil yang kami tumpangi, dan menghirup segarnya hawa malam itu dan disambut sapaan hangat dari kawan Nathan dan sahabat2 relawan yang telah lama menunggu di Wisma Varista PT Pusri dimana kami akan melaksanakan kegiatan.

Secangkir teh panas bikinan 2 kawan relawan lebih dari cukup untuk melepas kepenatan. Dan malah kami bangkit bersemangat saat mendengar suara deburan air seperti di pesisir pantai, begitu membuang badan ke atas kursi santai di teras belakang kamar panitia.

Saking bersemangatnya kami, langsung saja di dini hari itu kami selesaikan rencana kerja yang pertama, yaitu menyepakati 3 hal penting mencakup agenda annual meeting, mekanisme rapat dan pembagian kelompok. Tak terasa, kami baru merampungkan semuanya saat fajar dan adzan subuh hampir datang.

Lelah terbayar ketika masuk kamar, suara debur ombak muncul dari balik bilik. Artinya saya akan menghabiskan sisa malam ini ditemani nyanyian khas alam pesisir. Yang saya tahu hanyalah bahwa kamar ini berada di pesisir sebuah danau bernama Ranau. Tak bisa melihat bagaimana rupa danau itu, karena sekeliling kamar yang begitu gelap.

Ketika datang pagi, dan pertama kali menyibak tirai pintu untuk ke teras belakang, sebuah gunung yang kokoh berdiri di tengah danau seperti menyapa dengan anggunnya. Saya belum tau apa nama gunung cantik ini. Maka saya pun hanya menyapa si danau: selamat pagi, salam jumpa Danau Ranau. Dari Nathan (Martadinata Basyir) yang adalah kawan ketua panitia meeting itu, saya tahu namanya: Gunung Simenu. Di sana tersimpan legenda: si pahit lidah.

Selepas malam yang begitu panjang dan kemudian di awal pagi berkesempatan sejenak menikmati kecantikan Danau Ranau,tepat pukul 10.00 pagi itu semua kami sudah berkumpul di Aula Wisma untuk memulai secara resmi rapat tahunan. Anggota Presidium Nasional yang hadir pada Pertemuan tahunan 2017 ini adalah Susan Trida Salosa, Asal Wahyuni Erlin Mulyadi, Martadinata Basyir, Hidayat Muhallim, Andi Ahmad Yani dan saya sendiri. Kawan I Kadek Suastika tidak bisa hadir karena pesawatnya dibatalkan akibat letupan kawah Gunung Agung. Kawan Duman Wau dan Kawan M. Amin Abdullah memohon izin belum bisa bergabung karena kesibukan di tempat kerja menjelang akhir tahun.

Pertemuan dimulai dengan bersama menyanyikan lagu kebangsaan. Indonesia Raya. Selanjutnya, Kawan Nathan memulai forum dengan memaparkan segala upaya yang telah disiapkan untuk menyukseskan pertemuan tahunan sebagai penanggungjawab program. Kami salut dengan kerja kerasnya, di tengah kesibukannya dapat mengurus semuanya dengan begitu baik dan detail, juga dengan memilih kawan-kawan relawan yang sangat membantu dan mendukung. Para relawan yang membantu adalah anak-anak muda petani dan peternak yang menjadi dampingan jaringan Nathan selama ini.

Selanjutnya, Kawan Andi Ahmad Yani sebagai Ketua Presidium Nasional membuka rapat secara resmi, kemudian memberikan semacam briefing kepada kami tentang seluk-beluk SIMON Project yang kami rancang bersama namun oleh karena waktu jedah yang cukup panjang, tak lagi sempurna memori kami menyimpannya. Dari titik itu, kami memecah diri menjadi 3 kelompok untuk menggodok 12 program di SIMON Project secara matang.

Tak tanggung-tanggung, rapat hari pertama itu kami akhiri di hingga tengah malam. Waktu yang demikian singkat kami habiskan sebaik mungkin untuk menuntaskan segala persiapan. Tekad kami bulat, SIMON Project sebagai project awal kami (semoga bukan satu-satunya hingga akhir periode kerja sebagai presidium) dapat sukses dilaksanakan, sukses pula mencapai semua tujuan yang diinginkan.

Di hari terakhir, kami menyempatkan diri untuk berkeliling danau, melihat lebih dekat dan memotret sudut-sudut tertentu dari keseharian masyarakat di pesisir danau. Secara administratif wilayah pesisir ini masuk dalam 2 kabupaten dari 2 provinsi yaitu Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS) Provinsi Sumatra Selatan. Sebagian kecilnya juga masuk dalam Provinsi Bengkulu.

Kagum melihat kehidupan tradisional yang sedikit masih terpelihara nafasnya. Alat trasnportasi untuk danau masih sangat tradisional. Rumah-rumah adat kebanyakan telah dimodifikasi atau diberi sentuhan modern. Satu hal yang paling nampak menyolok bagi saya adalah, kehadiran swalayan atau minimarket terkenal semacam Alfamart dan Indomart di daerah yang terbilang pelosok itu.

Sepanjang berkeliling beberapa kecamatan seputar Ranau, mata saya sungguh dimanjakan dengan hijaunya alam. Saya kira masyarakat OKUS ini mesti bersyukur dilimpahi alam yang teramat subur. Tinggal dipelihara, juga dijaga baik-baik oleh masyarakatnya agar jangan sampai masuk kebijakan pemerintah yag merusak keasrian yang ada, seperti yang terjadi di Pulau Ambon dari mana saya berasal, dimana mulai terkikis wilayah-wilayah hijau dan resapan air demi kepentingan para konglomerat yang terselubung dibalik topeng seksi bernama pembangunan untuk kesejahteraan.

Lebih dari semua ini, perjalanan ke Danau Ranau untuk annual meeting ini memberikan saya dan kawan-kawan Presidium sebuah energi baru untuk merenda harapan membumikan visi ISJN untuk mengkampanyekan, menerapkan dan mengawasi nilai-nilai keadilan sosial di bumi Nusantara ini melalui program SIMON Project yang didanai oleh Ford Foundation. Ayo pelihara semangat dan tekad yang kita bawa dari desa legenda Ranau untuk berkontribusi bagi Indonesia berkeadilan. Salam keadilan sosial!

503 Service Unavailable

Service Unavailable

The server is temporarily unable to service your request due to maintenance downtime or capacity problems. Please try again later.

Additionally, a 503 Service Unavailable error was encountered while trying to use an ErrorDocument to handle the request.