Hadeuuh, bisikan ini dan itu. Bingung memilih yang mana. Jika jelas memilih antara melakukan “kebaikan” dan “keburukan” tentunya tidaklah sulit. Karena jelas pembedanya.
Bagaimana jika kedua pilihan tidak terkait “baik” dan “buruk”? Misalnya, memilih 2 macam tawaran pekerjaan yang masing-masing menawarkan keuntungan dan kelemahan tersendiri. Keduanya saling melengkapi. Memilih keduanya tidak mungkin. Mengeliminasi salah satunya sangat sayang rasanya.
Berbagai upaya dilakukan. Mulai dari nanya kanan kiri, analisis SWOT, sampai upaya-upaya mendekatkan ke yang maha Agung. Ujung-ujungnya, ada yang berbisik, “percayai suara hatimu !!!”. Ia tidak akan pernah bohong. Ia tidak akan menjerumuskanmu.
Hmmmm, bagaimana kita tahu, isi suara hati kita? Bagaimana kita meyakini suara hati kita? Adakah indikator yang bisa dijadikan sandaran, untuk menyatakan “inilah suara hati”.
Ada yang bilang, suara hati itu berada di alam bawah sadar kita. Semakin kita akrab dengan alam bawah sadar kita, maka kita akan bisa mengenali suara hati kita. Untuk ini, kita butuh ruang hening, ruang tanpa asumsi, analisis, dan penghakiman terhadap apa yang kita pikirkan. Biarkan ia muncul tanpa kita paksa. Tanpa kita bebani dengan harapan dan target.
Aduuuh, makin bingung. Bagaimana ini? Diteruskan apa tidak? Ayo suara hati, jawab doong. Katanya, “tidak usah diteruskan”. Tidak yakin ini suara hati. Ini nafsu. Ini pikiran kotor. Atau ini memang suara hatiku? Nafsu, kotor? Mungkin. Suara hati, misterius bener deh.
Last Updated: Februari 27, 2018 by isjn
Kolom Olah Pikiran Part 3
Kolom Olah Pikiran
Oleh Agus Nahrowi
Misteri Suara Hati
Hadeuuh, bisikan ini dan itu. Bingung memilih yang mana. Jika jelas memilih antara melakukan “kebaikan” dan “keburukan” tentunya tidaklah sulit. Karena jelas pembedanya.
Bagaimana jika kedua pilihan tidak terkait “baik” dan “buruk”? Misalnya, memilih 2 macam tawaran pekerjaan yang masing-masing menawarkan keuntungan dan kelemahan tersendiri. Keduanya saling melengkapi. Memilih keduanya tidak mungkin. Mengeliminasi salah satunya sangat sayang rasanya.
Berbagai upaya dilakukan. Mulai dari nanya kanan kiri, analisis SWOT, sampai upaya-upaya mendekatkan ke yang maha Agung. Ujung-ujungnya, ada yang berbisik, “percayai suara hatimu !!!”. Ia tidak akan pernah bohong. Ia tidak akan menjerumuskanmu.
Hmmmm, bagaimana kita tahu, isi suara hati kita? Bagaimana kita meyakini suara hati kita? Adakah indikator yang bisa dijadikan sandaran, untuk menyatakan “inilah suara hati”.
Ada yang bilang, suara hati itu berada di alam bawah sadar kita. Semakin kita akrab dengan alam bawah sadar kita, maka kita akan bisa mengenali suara hati kita. Untuk ini, kita butuh ruang hening, ruang tanpa asumsi, analisis, dan penghakiman terhadap apa yang kita pikirkan. Biarkan ia muncul tanpa kita paksa. Tanpa kita bebani dengan harapan dan target.
Aduuuh, makin bingung. Bagaimana ini? Diteruskan apa tidak? Ayo suara hati, jawab doong. Katanya, “tidak usah diteruskan”. Tidak yakin ini suara hati. Ini nafsu. Ini pikiran kotor. Atau ini memang suara hatiku? Nafsu, kotor? Mungkin. Suara hati, misterius bener deh.
Kolom Olah Pikiran Part 4
Kolom Olah Pikiran Part 5
Category: ISJN News