Secondary gain adalah, “sesuatu yang orang dapatkan, karena adanya problem yang tidak terselesaikan.” Makna lain, “manfaat yang di dapat dari perilaku negatif ataupun kebiasaan yang membawa madhorot bagi si pelakunya”.
Contoh paling sederhana adalah perilaku merokok. Walau mengetahui dan menyadari dampak buruknya bagi kesehatan, tetap saja ‘ngebul’ menikmati rokoknya. Apa sebenarnya “manfaat” yang dirasakan dari perilaku tidak sehat ini?
Saya pernah bertanya ke beberapa teman, dan jawabannya pun beragam. Mulai dari: “lebih termotivasi dalam berkreativitas”, “merasa lebih percaya diri, keren dan gaul”; “memberikan sensasi tersendiri setelah makan”; “bisa lebih mudah bersosialisasi dengan orang lain”; “menenangkan dan merilekskan pikiran” dan masih banyak lagi.
Inilah contoh-contoh secondary gain. Manfaat-manfaat yang perokok rasakan dari kebiasaan merokoknya. Disini memang terjadi ketidakselarasan antara pikiran dan tindakan. Mengakui, merokok itu tidak sehat dan bisa berdampak buruk terhadap tubuh. Namun merokok tetap jalan terus. Adanya secondary gain dari merokok memicu mengapa orang tetap merokok.
Bagaimana menyelaraskan hal ini? Misalnya, jika seseorang memiliki niat untuk berhenti merokok, maka apa yang pertama kali diatasi? Menurut saya keyakinan sejak dalam pikiran, segala manfaat yang ditemukan dari merokok, bisa didapatkan dengan cara-cara lain yang lebih sehat, dan membawa manfaat tanpa menimbulkan ke-_madhorot_an.
Last Updated: Februari 27, 2018 by isjn
Kolom Olah Pikiran Part 2
Kolom Olah Pikiran
Oleh Agus Nahrowi
Menemukan_Secondary Gain
Secondary gain adalah, “sesuatu yang orang dapatkan, karena adanya problem yang tidak terselesaikan.” Makna lain, “manfaat yang di dapat dari perilaku negatif ataupun kebiasaan yang membawa madhorot bagi si pelakunya”.
Contoh paling sederhana adalah perilaku merokok. Walau mengetahui dan menyadari dampak buruknya bagi kesehatan, tetap saja ‘ngebul’ menikmati rokoknya. Apa sebenarnya “manfaat” yang dirasakan dari perilaku tidak sehat ini?
Saya pernah bertanya ke beberapa teman, dan jawabannya pun beragam. Mulai dari: “lebih termotivasi dalam berkreativitas”, “merasa lebih percaya diri, keren dan gaul”; “memberikan sensasi tersendiri setelah makan”; “bisa lebih mudah bersosialisasi dengan orang lain”; “menenangkan dan merilekskan pikiran” dan masih banyak lagi.
Inilah contoh-contoh secondary gain. Manfaat-manfaat yang perokok rasakan dari kebiasaan merokoknya. Disini memang terjadi ketidakselarasan antara pikiran dan tindakan. Mengakui, merokok itu tidak sehat dan bisa berdampak buruk terhadap tubuh. Namun merokok tetap jalan terus. Adanya secondary gain dari merokok memicu mengapa orang tetap merokok.
Bagaimana menyelaraskan hal ini? Misalnya, jika seseorang memiliki niat untuk berhenti merokok, maka apa yang pertama kali diatasi? Menurut saya keyakinan sejak dalam pikiran, segala manfaat yang ditemukan dari merokok, bisa didapatkan dengan cara-cara lain yang lebih sehat, dan membawa manfaat tanpa menimbulkan ke-_madhorot_an.
Kolom Olah Pikiran Part 3
Kolom Olah Pikiran Part 4
Kolom Olah Pikiran Part 5
Category: ISJN News